SINTANG – Penutupan sementara beberapa Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di wilayah Kabupaten Sintang memicu penumpukan sampah di kawasan hutan wisata Baning. Kondisi ini terlihat langsung di lapangan, di mana banyaknya sampah terus meningkat tanpa penanganan maksimal, sehingga memicu kekhawatiran akan dampak lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat sekitar.
Aroma tak sedap menyelimuti area pembuangan liar tersebut. Sampah yang menumpuk terdiri dari berbagai jenis, mulai dari sisa rumah tangga yang cepat membusuk hingga plastik dan kemasan yang sulit terurai.
Masalah ini tidak hanya mengganggu keindahan alam hutan wisata Baning, tetapi juga mengancam kualitas air sungai serta sumber air lainnya di sekitarnya. Warga pun mengaku resah dan mendesak pemerintah daerah untuk segera mengambil tindakan konkret.
Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, Kornelius Parang Kunci, membenarkan adanya penumpukan di kawasan hutan wisata Baning tersebut. Kepada media ini, ia menjelaskan bahwa kondisi ini disebabkan oleh penutupan TPS di kawasan Akcaya 1 dan Akcaya 2 atas permintaan warga, serta keterbatasan armada pengangkut karena beberapa kontainer masih dalam proses perbaikan.
“Saat ini hanya ada satu truk dum yang beroperasi setiap hari, dan itu belum cukup untuk mengangkut seluruh sampah yang menumpuk,” ujar Kornelius. (21/5/2025)
Sebagai langkah awal, pihaknya merencanakan aksi kerja bakti bersama masyarakat yang akan digelar pada hari Jumat untuk membersihkan area yang terdampak.
“Kami harap masyarakat bisa turut berpartisipasi agar proses pembersihan bisa berjalan lebih cepat,” tambahnya.
Kornelius juga mengimbau masyarakat agar membuang sampah di TPS resmi yang telah dibangun melalui anggaran daerah (APBD), bukan di lokasi-lokasi yang tidak diperuntukkan untuk pembuangan, karena hal ini menyulitkan proses penanganan.
“Kesadaran dan dukungan dari masyarakat sangat penting untuk menjaga kebersihan, apalagi di kawasan wisata yang menjadi wajah daerah kita,” katanya.
Menanggapi keberadaan para pemulung yang sering mengacak tumpukan sampah, Kornelius menegaskan bahwa mereka tetap diperbolehkan mencari nafkah, namun diminta untuk tetap menjaga kebersihan agar proses pengangkutan dan pembersihan tidak terganggu.
“Silakan mencari rezeki, tapi mari jaga kebersihan dan ketertiban bersama guna menciptakaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi kita semua,” tegasnya.
Situasi ini menjadi pengingat pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah, terutama di kawasan strategis seperti hutan wisata Baning yang memiliki nilai ekologis dan potensi wisata bagi Sintang.
(Rilis Kominfo)